September 16, 2014

Perjalan Panjang Menuju Desa Pemburu Paus, Lamalera! (2)

FROM BAJAWA TO MAUMERE


Pagi ini saya dibangunkan oleh dinginnya udara di Bajawa. Apabila ada yang mengatakan bahwa Flores identik dengan udara panas dan kekeringan, mungkin kamu harus mampir dulu ke Bajawa.

Sambil melanjutkan perjalanan kami yang masih setengah perjalanan lagi, kami berkesempatan mengunjungi kampung adat Bena. Kampung adat yang sangat mengesankan kami karena keutuhannya menjaga tradisi dan budaya sejak dahulu. Lagi-lagi kami beruntung, perjalanan kami ditemani oleh Om John. Beliau adalah profesional tour guide yang akan menjemput turis di Maumere. Dia satu mobil dengan saya ke Maumere dan bersedia mampir di kampung adat Bena sekedar menemani kami dengan berbagi pengetahuannya tentang Bena.
 
Bersama Om John di Pintu Masuk Kampung Adat Bena
Menurut om John, kampung adat Bena terdiri dari 9 suku. Acara adat yang paling terkenal dari kampung adat Bena adalah inagurasi rumah adat. Upacara adat untuk pembuatan/renovasi rumah adat ini sangat meriah karena akan mengundang suku-suku lain diluar kampung Bena dan setiap perwakilan yang datang akan membawa upeti berupa hewan ternak untuk dipotong sebagai bentuk pengorbanan kepada leluhur. Salah satu rumah yang kami lihat disana akan mengadakan inagurasi renovasi rumah adat, tetapi sayang waktu upacara adat tersebut tidak bersamaan dengan waktu kami. Padahal menurut om John bahwa hewan ternak yang akan dikorbankan sekitar 10 ekor kerbau dan 80 ekor Babi.
 
Salah Satu Rumah Adat Beda Yang Memajang Tanduk Kerbau dan Rahang Babi sebagai Bukti Telah Melakukan Pengorbanan Pada Upacara Inagurasi
Kampung Adat Bena dari Atas
Tempat Ritual Pemujaan dan Pengorbanan 
Salah Satu Tiang Tempat Pengorbanan Hewan Ternak Yang Berwarna Merah Karena Dilumuri Darah Hewan
Kampung Adat Bena

Sebetulnya masih banyak hal-hal menarik mengenai kampung adat Bena, tetapi terlalu panjang apabila saya ceritakan seluruhnya. Bagaimana jika kamu langsung kesana dan melihat seperti apa kampung adat Bena ini? Tentunya dengan tour guide yang mengerti mengenai sejarah, adat dan budaya di kampung adat Bena.

Perjalanan kami lanjutkan menuju Ende. Di perjalanan kami diberikan pemandangan yang sangat indah. Kami dapat melihat indahnya laut flores dari atas. Kami juga melawati daerah pesisir pantai yang batu alamnya berwarna warni. Tuhan memberikan Flores alam lebih dari yang saya bayangkan. Warga sekitar memanfaatkan batu alam berwarna tersebut untuk dijual.
Pemandangan Perjalan Menuju Ende
Warna Warni Batu Alam

Pada saat siang hari, kami makan siang di Ende. Jauh-jauh ke Flores, saya diajak oleh driver kami om Linus untuk makan di RM Padang. Setidaknya saya merasakan Daging/Ayam Flores dengan bumbu Padang.

Jalanan dari Ende Menuju Maumere

Perjalanan kami lanjutkan untuk mencapai pitstop kedua kami yaitu Maumere. Rencana awal kami adalah pada saat sampai Maumere kami akan langsung ke Pelabuhan Larantuka untuk menyebrang ke Loweleba, Pulau Lembata, tetapi matahari telah terbenam pada saat kami sampai. Kami bermalam di Blue Ocean Cottages. Penginapan yang sangat indah di pinggir pantai wairhubing dengan cottage yang terbuat dari kayu-kayu bekas rumah adat Bena. Kami bertemu langsung dengan pemilik cottage ini om Ignatius. Kebetulan malam itu beliau sedang menjamu tamu dan kami diajak bergabung. Kami bercerita-cerita dengan suguhan minuman alkohol lokal yaitu Moke dan kepiting soka. Malam ini kami tutup bersama orang-orang lokal Maumere. Menurut saya, keramahan Flores belum tentu kami dapatkan ditempat lain. Di Flores, kami sebagai orang luar selalu disambut hangat selayaknya saudara jauh yang baru kembali ke kampungnya. 

Kami selalu bertemu orang baru, berteman dan berpisah untuk bertemu kembali yang entah kapan kesempatan itu diberikan.
Chillin' With The Local Crew at Blue Ocean Cottages

Blue Ocean Cottages at Maumere


No comments: