FROM BAJAWA TO MAUMERE
Pagi
ini saya dibangunkan oleh dinginnya udara di Bajawa. Apabila ada yang
mengatakan bahwa Flores identik dengan udara panas dan kekeringan, mungkin kamu
harus mampir dulu ke Bajawa.
Sambil
melanjutkan perjalanan kami yang masih setengah perjalanan lagi, kami berkesempatan
mengunjungi kampung adat Bena. Kampung adat yang sangat mengesankan kami karena
keutuhannya menjaga tradisi dan budaya sejak dahulu. Lagi-lagi kami beruntung,
perjalanan kami ditemani oleh Om John. Beliau adalah profesional tour guide
yang akan menjemput turis di Maumere. Dia satu mobil dengan saya ke Maumere dan bersedia
mampir di kampung adat Bena sekedar menemani kami dengan berbagi pengetahuannya tentang Bena.
|
Bersama Om John di Pintu Masuk Kampung Adat Bena |
Menurut
om John, kampung adat Bena terdiri dari 9 suku. Acara adat yang paling terkenal
dari kampung adat Bena adalah inagurasi rumah adat. Upacara adat untuk pembuatan/renovasi
rumah adat ini sangat meriah karena akan mengundang suku-suku lain diluar
kampung Bena dan setiap perwakilan yang datang akan membawa upeti berupa hewan
ternak untuk dipotong sebagai bentuk pengorbanan kepada leluhur. Salah satu
rumah yang kami lihat disana akan mengadakan inagurasi renovasi rumah adat,
tetapi sayang waktu upacara adat tersebut tidak bersamaan dengan waktu kami.
Padahal menurut om John bahwa hewan ternak yang akan dikorbankan sekitar 10 ekor
kerbau dan 80 ekor Babi.
|
Salah Satu Rumah Adat Beda Yang Memajang Tanduk Kerbau dan Rahang Babi sebagai Bukti Telah Melakukan Pengorbanan Pada Upacara Inagurasi |
|
Kampung Adat Bena dari Atas |
|
Tempat Ritual Pemujaan dan Pengorbanan |
|
Salah Satu Tiang Tempat Pengorbanan Hewan Ternak Yang Berwarna Merah Karena Dilumuri Darah Hewan |
|
Kampung Adat Bena |
Sebetulnya
masih banyak hal-hal menarik mengenai kampung adat Bena, tetapi terlalu panjang
apabila saya ceritakan seluruhnya. Bagaimana jika kamu langsung kesana dan
melihat seperti apa kampung adat Bena ini? Tentunya dengan tour guide yang
mengerti mengenai sejarah, adat dan budaya di kampung adat Bena.
Perjalanan
kami lanjutkan menuju Ende. Di perjalanan kami diberikan pemandangan yang
sangat indah. Kami dapat melihat indahnya laut flores dari atas. Kami juga
melawati daerah pesisir pantai yang batu alamnya berwarna warni. Tuhan
memberikan Flores alam lebih dari yang saya bayangkan. Warga sekitar
memanfaatkan batu alam berwarna tersebut untuk dijual.
|
Pemandangan Perjalan Menuju Ende |
|
Warna Warni Batu Alam |
Pada saat siang hari, kami makan siang di Ende. Jauh-jauh ke Flores, saya
diajak oleh driver kami om Linus untuk makan di RM Padang. Setidaknya saya
merasakan Daging/Ayam Flores dengan bumbu Padang.
|
Jalanan dari Ende Menuju Maumere |
Perjalanan
kami lanjutkan untuk mencapai pitstop kedua kami yaitu Maumere. Rencana awal
kami adalah pada saat sampai Maumere kami akan langsung ke Pelabuhan Larantuka
untuk menyebrang ke Loweleba, Pulau Lembata, tetapi matahari telah terbenam
pada saat kami sampai. Kami bermalam di Blue Ocean Cottages. Penginapan yang
sangat indah di pinggir pantai wairhubing dengan cottage yang terbuat dari
kayu-kayu bekas rumah adat Bena. Kami bertemu langsung dengan pemilik cottage
ini om Ignatius. Kebetulan malam itu beliau sedang menjamu tamu dan kami diajak
bergabung. Kami bercerita-cerita dengan suguhan minuman alkohol lokal yaitu
Moke dan kepiting soka. Malam ini kami tutup bersama orang-orang lokal Maumere.
Menurut saya, keramahan Flores belum tentu kami dapatkan ditempat lain. Di
Flores, kami sebagai orang luar selalu disambut hangat selayaknya saudara jauh
yang baru kembali ke kampungnya.
Kami selalu bertemu orang baru, berteman dan
berpisah untuk bertemu kembali yang entah kapan kesempatan itu diberikan.
|
Chillin' With The Local Crew at Blue Ocean Cottages |
|
Blue Ocean Cottages at Maumere |
No comments:
Post a Comment