December 25, 2009

Taman Nasional UJUNG KULON

Perjalanan menuju ujung kulon menghabiskan waktu sekitar 4.5 jam dari jakarta. Dari jakarta menuju tol arah merak lalu keluar tol serang-pandeglang-labuhan-sumur dan tidak jauh dari situ kita akan sampai di taman nasional ujung kulon. Ujung Kulon merupakan salah satu tempat wisata yang memiliki potensi bagus, tetapi kurang dilirik orang-orang. Disamping masih sulit dijangkau karena perjalanan yang cukup melelahkan, promosi untuk daerah ini juga kurang.
Ada beberapa pulau di sekitar ujung kulon yang seharusnya menunjang kawasan ini menjadi kawasan wisata yang sangat menjanjikan. Seperti Pulau Peucang dan Pulau Panaitan merupakan pulau-pulau yang tidak kalah indah dengan Bali. Bila tidak cukup waktu untuk menyeberang ke pulau-pulau tersebut, menelusuri taman nasional ujung kulon sudah lebih dari cukup. Berenang di sungai jernih yang airnya mengalir langsung ke laut atau hanya berjalan dipantai yang landai. Perjalanan menuju kesana melelahkan tetapi sangat menyenangkan, disaat trekking disuguhkan pemandangan yang berbeda-beda mulai dari menyusuri hutan hingga kembali lagi menyusuri pantai.
Jika ada waktu luang, kurang lengkap rasanya bila tidak menjelajahi lebih dalam kawasan yang menjadi taman nasional ini. Menyewa kapal sendiri menuju pulau peucang menjadi pilihan saya. Karena kapal disewa selama 3 hari, jadi saya dapat berhenti dimana saja dan mengatur perjalanan ini sesuai dengan yang saya inginkan. Perjalanan 3 jam menuju Pulau Peucang saya sela sejenak untuk berhenti di sebuah pantai belum tersentuh yang saya lewati. Setelah kapal berhenti, saya menyempatkan diri untuk snorkeling dan menghabiskan sore ini dengan melihat sunset di atas kapal.
Esok paginya perjalanan diawali dengan trekking di wilayah cibom untuk melihat satwa liar yang sedang mencari makan. Walaupun wilayah ujung kulon sangat terkenal dengan satwa badak, tetapi sulit sekali untuk melihat badak secara langsung di wilayah seluas ini. Seorang tour guide bercerita kepada saya, bahwa selama 10 tahun dia bekerja hanya pernah 2 kali melihat badak bercula 1 yang menjadi ciri khas wilayah ini. Melihat beragam satwa dan fauna serta berenang di sungai-sungai jernih yang terdapat di dalam hutan merupakan kegiatan yang efektif untuk menghilangkan rasa lelah saya. Sore harinya saya menuju tanjung layar hanya untuk melihat sunset di atas-atas batu besar yang menghadap langsung ke samudera hindia. Setelah matahari terbenam saya kembali ke penginapan untuk makan malam, yaitu beraneka ragam seafood yang diperoleh dari awak kapal. Penginapan disini beragam mulai dari Rp.200rb hingga jutaan rupiah. Hal lain yang penting adalah membawa persediaan makanan atau paling tidak menyewa tourguide dengan tarif Rp.50rb per hari untuk membantu perjalanan anda selama disini.
 Perjalanan kali ini diahiri dengan menuju Pulau Handeleum yang searah dengan jalan pulang. Di pulau tersebut kita dapat menyewa canoe yang di kelola oleh taman nasional ujung kulon, untuk menyusuri sungai cigenter. Pemandangan yang unik dan jarang saya lihat terdapat disini, beberapa jenis ular seperti ular python terlihat melilit di ranting-ranting pohon.

Dahulu penduduk sekitar sini, sering berburu badak untuk diambil culanya. Tetapi kegiatan itu berhenti dengan sendirinya, karena mereka kerap kali di “kerjai” oleh aparat penegak hukum maupun pemerintah. Mereka sengaja dibiarkan untuk berburu badak, tetapi setelah badak berhasil diburu dan diambil culanya baru mereka ditangkap.  Bisa ditebak, hasil tangkapannya disita oleh aparat penegak hukum atau pemerintah dan sampai sekarang keberadaannya tidak jelas. Mirip seperti sekarang ini, penemuan harta karun yang bernilai ratusan milliar oleh orang asing. Setelah harta karun tersebut diangkat oleh orang tsb., pemerintah dengan mudah menggunakan kekuasaannya untuk menyita barang-barang tersebut. “Kehebatan” pemerintah belum berahir disitu, karena setelah disita barang-barang bersejarah tesebut dilelang. Apa bedanya jika barang tersebut ahirannya dilelang juga? walaupun dengan dalih pemerintah telah menyimpan sebagian barang bersejarah tersebut untuk negara dan yang di lelang adalah sisanya. Apakah benar mereka itu yang katanya putra putri terbaik bangsa Indonesia, dengan kebijakannya tadi masih dapat dikatakan mewakili perilaku bangsa ini?? ?

February 01, 2009

Gili Trawangan - Lombok



Perjalanan ini diawali dari Senggigi yaitu salah satu pantai yang sudah lebih dahulu komersil di bandingkan pantai lain di lombok. Tapi karena langit sudah gelap, duduk-duduk sambil disuguhkan brem dan beberapa minuman lokal lombok lainnya sudah cukup untuk mengawali perjalanan ini.

Keesokan harinya kami diberikan pemandangan yang berbeda karena matahari telah menyinari pantai ini yang terkenal akan ombaknya yang bagus untuk surfing. Perjalanan dilanjutkan menuju Gili Trawangan yaitu sebuah pulau yang  kita seberangi dengan perahu dari Bangsal. Anda hanya perlu mengeluarkan uang Rp10.000 munuju Gili Trawangan menggunakan transportasi air publik. Butuh kesabaran karena perahu ini baru berangkat jika penumpangnya sudah sangat penuh. Perjalanan yang ditempuh sekitar 45menit.
Pertama kali menginjakkan kaki di pulau ini, pemandangan yang dilihat sangat berbeda dengan lombok yang ramai, disini tidak terdapat kendaraan bermotor sama sekali. Kita langsung berkeliling mencari hotel untuk malam ini, harga hotel disini berkisar antara Rp100.000 hingga ribuan dollar. Makanan disini juga tidak kalah murahnya, dari nasi bungkus atau disini disebut nasi balap yang harganya 3ribu sampai 10ribuan hingga makan seafood di pinggir pantai.  Satu lagi juga yang tidak boleh terlewat adalah mencoba masakan khas Lombok yaitu ayam taliwang.
Sore harinya kami cukup berjalan ke depan hotel untuk berenang atau snorkeling di pantai yang jernih dengan desiran ombak yang tenang hingga matahari terbenam. Hari pertama disini belum berahir disitu, karena pulau ini hidup dari pagi hingga larut malam. Malam ini kami tutup di Sama-sama, bar lokal pinggir pantai yang menyajikan musik reggae. 







Kurang lengkap rasanya bila kita tidak mengelilingi pulau ini,  transportasi yang tersedia hanyalah kereta kuda yang disebut cidomo dan sepeda  Maka hari ini berkeliling pulau dengan menyewa sepeda seharga Rp.50.000 seharian menjadi pilihan. Dengan bersepeda menyelusuri pantai dengan jalanan berpasir, kita dapat melihat pemandangan yang berbeda-beda. Berbagai sisi pulau menyajikan pantai yang jernih, tenang dan ada juga yang berombak. Karena gili terawangan merupakan pulau yang tidak cukup besar, kita hampir bisa mengenali semua orang yang ada disini. Penduduk setempat juga cukup ramah terhadap turis lokal yang terkadang mendapat perlakuan berbeda dengan turis asing. Turis asing sangat mendominasi disini, sampai timbul pertanyaan dalam benak saya, haruskah kita menjadi tamu di negeri kita sendiri? 


Gili trawangan malam hari selalu membuat saya penasaran. Walaupun telah berkeliling seharian, malam ini kita tetap bersemangat untuk menuju ke sebuah acara di salah satu bar yang terletak persis di pinggir pantai. Setiap 2 hari sekali mereka membuat acara di satu tempat secara bergilir, jadi semua yang berada di sini terpusat di satu tempat. Setelah itu kami beristirahat di pantai sambil menunggu matahari terbit sebagai tanda bahwa kita dapat memulai lagi rutinitas yang amat sangat tidak membosankan sekali disini. Bila anda memiliki dana lebih, menyewa kapal menuju pulau-pulau terdekat dari sini seperti gili air, gili meno bahkan hingga pulau komodo dapat dijadikan pilihan menarik
Perjalanan ahir kita kembali ke lombok dan menyempatkan diri ke pasar yang terletak di senggigi untuk membeli beberapa souvenir. Lalu kita makan sate seafood yang enak sekali di pasar yang berada persis di pantai senggigi. Lombok dan Gili Trawangan merupakan salah satu contoh dari banyaknya pulau di Indonesia yang harus dijelajahi. Tidak perlu berlibur ke luar negeri, kenalilah dulu negeri kita sendiri karena masih banyak tempat wisata yang sangat menarik.
Perjalanan ini diawali dan diahiri dengan kebersamaan. Pada saat bersama mungkin kita tidak menyadari bahwa setelah itu kita akan dipisahkan oleh jarak dan kesibukan masing-masing. Walaupun sempat terseok-seok, terpontang-panting, tunggang langgang, dan terombang ambing, kita menutupinya dengan kebahagiaan. Tapi kita tidak bisa terus melihat kebelakang. Jangan bersedih, MASIH ADA HARI ESOK! -rbp-